BAB 9
SDM Berbasis
Kompetensi dan Profesional
1.1 Pendahuluan
Keberadaan
manusia dalam organisasi memiliki posisi yang sangat vital.Keberhasilan
organisasi sangat di tentukan oleh kualitas orang-orang yang bekerja di
dalamnya.Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntup kemampuan dalam
menabgkap fenomena perubahan tersebut,menganalisis dampaknya terhadap
organisasi dan menyikapkan langkah langkah guna menghadapi kondisi
tersebut.Menyimak kenyataan di atas,peran manajemen sumber daya manusia dalam
organisasi tidak hanya sekedar administratif,tetapi jusrtu lebih mengarah pada
bagaiamana mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia agar menjadi kreatif
dan inovatif.
Seiring
dengan persaingan yang semakin tajam karena perubahan tehknologiyang cepat dan
lingkungan yang begitu drastis pada aspek kehidupan manusia ,setiap organisasi
membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar dapat memberikan
pelayananyang memuaskan (customer satifation) ,tetapi juga berorientasi pada
nilai (customer value) sehingga organisasi tidak semata mata mengejar
pencapaian produktifitas kerja yang tinggi ,tetapi lebih pada kinerja dalam
proses pencapaiannya.Kinerja setiap kegiatan dan individu merupakan kunci
pencapaian produktivitas karena kinerja adalah suatu hasil di mana orang –orang
dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama sama membawa
hasil akhir yang di dasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah di
tetapkan.Konsekuensinya adalah organisasi memerlukan SDM yang memiliki keahlian
dan kemampuan yang unik sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Pengembangan
SDM berbasis kompetensi di lakukan agar dapat memberikan hasil yang sesuai
dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah
ditetapkan.Kompetensi menyangkut kewenangan setiap individu individu untuk
melakukan tugas atau mengambil keputusan sesuai dngan perannya dalam organisasi
yang relevan dengan keahlian,pengetahuan ,dan kemampuan yang dimliki.kompetensi
yang dimiliki karyawan secara indivudual harus mampu mendukung pelaksanaan
srtategi organisas dan mampu mendukung setiap perubahan yang di lakukan
manajemen. Dengan kata lain, kompetensi
yang di miliki individu dapat mendukung sistem kerja berdasarkan tim.
Kisah
Arif, seorang Manejer SDM di sebuh
perusahan asing, tampak seruis mengamati laporan pemeriksaan psikologis stafnya,
permata.Laporan yang di terimah dari sebuah peruhasan jasa konsultasi psikologi
terkenal, beberapa waktu yang lalu sebagian bagian dari proses retrutmen dan
seleksi yang di lakukan terhadap permata. Arif tidak percaya bahwa hasil
pemeriksaan psikilogis yang sangat baik dari permata ternyata tidak membuatnya
menghasilkan kinerja ynga superior seperti yang di ramalkan oleh hasil
penggukuran psikilogis tersebut. Arif merasa selama ini ia telah cukup meberikan bimbingan,
pelatihan,dan fasilitas yang di perlukakan oleh permata agar berhasil dalam
kinerjanya.Namun kiner ja yang di harapkannya tidak kunjung muncul dari permata
.Berdasarkan pengalaman tersebut, muncul pertanyaan dalam diri Arifi,”
Seandainya hasil pemeriksaan psikoligis yang memberikan rekomendasi sangat baik
tidak mampu memperkecilkan keberhasilan kinerja seseorang, lalu metode apakah
yang secara efektif dapat meramalkannya?”
Pengalaman
dalam melakukan proses rekrutmen dan seleksi dengan menggunakan pendekatan
konvensional, yaitu dengan menggunakan pengukuran psikologis yang
terstandarisasi, menunjukan bahwa pendekatan ini tidaklah selalu berhasil
dengan baik dalam meramalkan keberhasilan calon pekerja pada pekerjaannya
kelak. Akibatnya bisa saja calon pekerja yang diramalkan akan berhasil dengan
baik dalam pekerjaannya, ternyata belum tentu menampilkan kinerja yang
diharapkan ketika sudah diterima menji pekerja, seperti kasus permata diatas.
Sementara itu, disisi lain, calon pekerja dari hasil pengukuran pisikologis
biasa-biasa saja, ternyata tidak selalu menjadi seorang “mediocre” alias orang
yang prestasinya biasa-biasa.
Penerapan
model-model kompotensi dalam sistem menajemen SDM saat ini sudah menjadi
kebutuhan yang tak dapat lagi di hindari oleh organisasi. Hal ini didasarkan
atas kenyataan bahwa dengan penerapan model-model kompotensi ini akan dapat
memberikan nilai tambah yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa aplikasi
model-model ini.
Agar
penerapan model-model kompetensi dalam organisasi dapat memberikan nilai
kompotetif, dalam proses pengembangannya harus direncanakan dengan baik dan
harus selaras dengan misi, strategi, tantangan, maupun sasaran yang inggin
dicapai organisasi. Selain itu demi menjaga penerapan model-model kompotensi
dapat berjalan secara efektif, sebaiknya dipilih aplikasi model kompetensi yang
akan memenuhi kebutuhan mendasar organisasi, mudah dilaksanakan, dan dapat
menunjukkan hasil yang cepat.
Masaalah
yang dihadapi Arif, seperti halnya yang dialami penulis, juga dialami bannyak
perusahaan. Mereka juga megalami kesulitan tersebut. Banyak organisasi,
khususnya perusahaan-perusahaan berskala besar yang telah dimulai menggunakan
model kompotensi (compotenci models) untuk membantu mereka dalam mengenali
cketerampilan-keterampilan, pengetahuan dan karakteristik pribadi yang sangat
penting, yang dibutuhkan untuk hasil mencapai kinerja yang superior.
2.1
MENILAI MELALUI ORANG
Organisasi
diseluruh dunia saat ini menggunakan SDM untuk memperoleh akses dan
mengembangkan keterampilan yang mereka perlukan untuk akses, praktek-praktek
ini sangat penting jika para pemilik perusahaan ingin menguak bakat yang
sesungguhnya yang memiliki oleh para karyawan .
Titik
prakti yang jadi perhatian di sini adalah:
1. Mengidentifikasi
ketrampilan yang tepat yang dibutuhkan untuk meraih sukses di lungkungan dewasa
ini.
2. Menyeleksi
penyujuk kerja yang terbaik dan orang (kariyawan) dengan potensi yang sangat
besar.
3. Merencakan
untuk memenuhi kebutuhan individual organisasi.
4. Minilai
kinerja dan memperoleh ketrampilan.
5. Membayar
untuk ketrampilan
6. Membanguan
lingkungan kerja yang terbaik untuk kerja kolektif.
7. Mengelola
motivasi untuk peningkatan kinerja.
Praktik dan
pendekatan yang dideskripsikan di atas berdasarkan pengalaman organisasi ynng
mencakup spekrum yang luas dari sisi,budaya,jasa dan geografi.Mereka
merefleksikan pengakuan yang sedang tumbuh bahwa ketika kita mendekati akhit
abad kedua puluh satu,dunia kerja sedang mengalami perubahan.Apa yang telah
muncul di permukaan adalah yang melakukan pekerjaan sama pentingnya dengan
pekerjaan itu sendiri.Itulah kenapa buku ini menaruh perhatian pada interaksi
orang dengan organisas.
1. Fokus
Baru untuk Dekade Baru
Di
banyak negara,tahun 1980-an merupakan dekade pertumbuhan yang cepat ,pencitaan kekayaan
,unjuk kerja ,dan bahkan keserakahan.Namun dewasa ini sebuah fokus baru sedang
muncul kepermukaan ketika para komentator menyimpulkan tahun 1990-an ,mereka
akan berbicara tentang dekade nilai mutu, dan komunitas ,jika organisasi kita
tidak bergerak cepat untuk menangkap perubahan ini,organisasi tersebut akan
tertinggal.
Sekarang
ini konteks untuk menghasilkan kekayaan berbeda.Sepangjang abad ini telah di
bangun perusahaan besar di seluruh dunia maju sehingga saat ini tidak perlu lgi
mencari pasar baru atau rute perdagangan : tidak perlu membangun perusahaan
baru indusrti dan jasa baru dan perlu membangun kembali bagian eropa setelah
perang penghasilan kekayaan lebih dari seabad terakhir telah digerakan oleh
kegiatan-kegiatan ini.Tahun 1990-an mencatat bahwa perusahaan-perusahaan besar
telah menyadari nilai yang benar.
Sebelum
dekade ini kita mencari penciptaan nilai dengan melihat keluar perusahaan
kita.Pada tahun 1990-an pemenangnya adalah perusahaan yang mampu menguak nilai
yang telah ada di perusahaan mereka ,yakni para SDM yang andal juga ,praktik
dan sistem mereka.
2.Cara
untuk meraih nilai
Di
sini difokuskan pada metode kerja yang membantu organisasi untuk mewujudkan
nilai.Ada sejumlah cara yang dapat di gunakan.Kemunculan tehknologi informasi
telah mengubah struktur kerja di banyak industri.Namun,perubahan tersebut tidak
pernah berhasil,kecuali para manajer sungguh-sungguh menaruh perhatian para
karyawan mereka.Jangkaun dari hal yang di bahas ini adalah membentuk tingkat
keterampilan yang sesuai di dalam perubahan peranan sampai kepada pemahaman
bagaimana srtuktur kerja dapat memenuhi kebutuhan motivasi para pekerja.
Perusahaan
akan tergantung pada pengujian kembali srtiktir organisasi untuk menyampaikan
nilai.Sekarang ada penekananpada pengurangan jalur atau psosedur birokrasi
sehingga birokrasi pada organisasi atau perusahaan dewasa ini sekarang lebih
flat (fleksibel)
Perusahan
lain abagai melihat mutu total cara mereka menyampaikan nilai.beberapa
gerakan mutu total telah bergerak secara dramatis dari hanya semata-mata
berkonsentrasi pada ukuran teknis saja keskema yamg merangkung semua dalam
menyikapi isu tentang karyawan dan organisasi.pengukuran teknis sendari tidak
cukup untuk menghasilkan mutu total.
3.Metode prakti
Dengan maksud untuk mencaoai tujuan
praktis, di sini pengungkapan di tujukan baik untuk para profesional SDM dan
para menajer dalam arti yang sangat luas di dalam penggunaan SDM yang tebaik di
dalam organisasi mereka.
Dari
pada mengunakan gaya yang umum mengenai kontribusi yang beragam dan tidak
memasukn secara sistematis materi menduplikai atau tidak konsisten dengan
pendekatan, di sini lebih memilih mempertahankan orisinalitas dan keragaman.
Ini menunjukan beragam pendektan menggambarkan realitas yang sama dari
perspektif yang berbeda-beda.
Akan
tetapi,ini dahuli dapat bekerja karena konsep ‘penyatuan’ yang kuat yang
mendukung keragaman imlementasi. Tema sentral kompetensi berfungsi sebagai
sesuatu yang berharga untuk diketengahkan yang semua memasukan kontribusi yang
ada.
4.Penetapan
Aplikasi Kompetensi Pada SDM
Banyak
organisasi telah melakukan langkah hati-hati dalam mendefinisikan atribut dan
keterampilan yang mereka butukan untuk dunia baru ini. Beberap perubahan
mamandang hal ini (atribut dan keterampilan) sebagai tanda (simbol) budaya
mereka. Ini merupakan langkah yang penting menuju identifikasi keterampilan
atau kompetensi inti yang sungguh-sungguh mendeskripsikan apa yang membuat
orang berhasil didalam situasi tertentu.
Di
dalam banyak organisasi, departemen SDM merupakan departemen yang paling akhir
yang melakukan perubahan strukturnya sistem seleksi, sistem penilaian evaluasi,
perencanaan suksesi, perencanaan karier dapat mengunakan secara fundamental
bahasa yang sama.
Banyak
organisasi dewasa ini ingin menyampaikan nilai melalui orang (para karyawan)
melalui program yang terstruktur, yang dengan program tersebut,para menajer dan
pemilik memahami dengan jelas tentang tujuan dan kriteria lain yang membuat
unjuk kerja berjalan di dalam organisasi itu namun, skema menajemen unjuk kerja
berbasis tujuan tidak akan cukup untuk masa yang akan datang. Masa datang akan
melibatkan perbaikan yang terus- menerus di mana kesuksesan tidak hanya melulu
menganai beberap banyak pencapaian tujuan. Seperti yang dideskripsikan oleh
sasaran kongret, seperti tentang unjuk mutu dan perilaku diasosiasikan dengan
unjuk kerja yang tinggi. Ini membutuhkan cara-cara baru berpikir tentang
mengelola unjuk kerja dan karier para karyawan.
Banyak
perusahan dewasa ini mengambil jalan
dengan mengubah secara drastis budaya
mereka. Beberapa perusahan itu telah memperoleh kesuksesan, tetapi organisasi
masa depan tidak akan banyak tergantung pada kepemimpinan visoner dari atas ke
bawa(top down), namun lebih banyak penekanan perilaku dan mengubah respon
individu terhadap situasi.
Eropa
baru akan terdiri dari perisahan dengan budaya berbeda-beda namun, satu hal
akan menjadi jelas yaitu para pemenang adalah perisahaan-perusahaan yang
mengantung konsep penyerahkan nilai melalui para karyawan mereka.harapan penulis adalah buku ini akan memberikan
beberapa pemahaman bagi para menajer dan profesional bidang SDM tentang metode
kerja untuk membantu organisasi mereka melekukan ini.
3.1
MANEJMEN SDM TERPADU
Perlunya
strategi menejmen SDM yang terpadu memperlihatkan bagimana menajmen strategi SDM
terpadu dapat di capai. Organisasi yang sukses di masa yang akan datang akan
memiliki bentuk baru yang meminta sikap baru dari para manajer dan karyawa. Di
sini di perlihat kan bagimana kompetensi dapat di identifikasi, di ukur,dan di
kembangkan menjadi blok bagunan organisasi di masa yang akan datang,serta
mengemukakan sejara dan defenisi kompetensi bagaimana kompetensi itu di gunakan
di semua bagian manajmen SDM.
1. Cluster
:Sebagai Organisasi Masa Depan
Organisasi
di masa yang akan datang lebih datar dari organisasi sekarang ini.hierarki
berdayakan.informasi akan berada di unjung jari setiap orang,berbeda dengan
sekarang di mana informasi di tangan pimpinan organisasi akrier akan semakain
menjadi urutan penunggasan yang berbeda denagn urutan job title yang
mempresentasiakn mereprestasikan suatu usaha untuk mencapai puncak.
Dalam
konteks ini, karyawan mulai bekerja di dalam organisasi kluster dimana orang
tidak diikat pada suatu tingkatan menajemen oleh garis-garis hierarki
tradisional. Kluster memiliki banyak kebebasan misi yang di berikan kepada
mereka. Unjuk kerja kluster yang diberdayakan ini diukur berdasarkan pencapaian
misi saja. Untuk membuat jenis organisasi (kluster)
yang berhaisl, ada empat syarat yang harus di perhatikan sebagai berikut.
a.
Misi
Memberikan
kepemimpinan merupakan tanggung jawab orang yang duduk di dalam menajemen
puncak pada menajemen yang flat (daftar)
yang tidak terlalu banyak jalur birokrasinya. Namun, organisasi yang lebih
profesional flat tidak memerlukan tentang misi daari organisasi secara
keseluruhan dan sel dalam sebuah jaring
kerja atau organisasi cluster.
b.
Kompetensi
Organisasi
masa depan akan di bangun di sekitar diri karyawan. Akan ada sedikit penekanan
pada pekerjaan sebagai blok bangun organisasi. Ini berarti bahwa perhatian akan
difokuskan kepada kompetensi orang (opera karyawan), kemudian apa yang mereka
bawa ke pekerjaan. Dengan kata lain,kompetensi mereka menjadi sangat penting.
c.
Informasi
Jika
kelompok kerja yang memiliki kebebasan untuk memutuskan cara yang terbaik untuk
mencapai misi mereka tidak diberikan infomasi, mereka akan kembali lagi kepada
gaya hierarki.
d.
Budaya
Untuk
mencapai kesuksesan, organisasi kluster
tergantung pada keinginan orang untuk tindakan tanggung jawab tugas yang lebih
besar yang dilimpahkan cluater meeka.
Tanggung jawab ini mereka mengambil
risiko dan menerima tanggung jawab untuk tindakan mereka tanpa mampu untuk
tanggung jawab akhir kepada tingkatan menajemen. Ini membutuhkan budaya
menajemen. Dalam budaya menajemen, inisiatif dan risiko yang di ambil untuk
mencapai misi tersebtut di hargai. Para karyawan merasa bebas untuk ini tanpa
harus merasa takut menerima konsikuensi terhadap karier mereka.
2. Kompetensi:
Sebus Faktor yang Penting
Untuk
mengambil keuntungan dari kesempatan yang di berikan oleh tipe organisasi baru
ini, bentuk menajemen SDM yang lebih terpadu, yang di dasarkan pada tujuan yang
jelas. Kompetensi yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan didalam memainkan
peranan (daripada sebua pekerjaan) ini membutuhkan imaj yang jauh lebih tajam
tentang kekuatan dan kelemahan ini mendalami pemahaman tentang kompetensi dan
pembangunan menajemen SDM yang terpadu pada fondasi ini juga merupakan faktor
penentu kesuksesan, paling tidak dua dari syaratyang tertera diatas.manajer
harus mengembangkan siapa yang dapat melaksakan peranan kepemimpinan yang misi.
Apa gunanya informasi itu? Sering membuat mata terbelak melihat dasar sebua
keputusan menyangkut karyawan yangdi ambil di perusaan-perusaan terutama
misalnyaketika membandingkan dengan keputusan mengenai investasi modal.
3.Sejara
dan Definisi Kompetensi
Konsep
kompetensi bukanlah hal yang baru di dalam psikologi organisasi industri
Amerika yang sudah memiliki gerakan kopetisi sejak akhir tahun 1960 dan awal
tahun 1970.
Saat ini di
dalam psikologi, dengan beberapa pengecualian minat pada sifat kepribadian
sudah ditinggalkan. Konsevasi dengan unjuk kerja sejumlah studi menunjukkan tes
kecakapan akademik dan pengerakann tradisional beserta nilai sekolah
dankepercaan tidak memprediksikan unjuk kerja atau sukses dalam hidup dan
sering terhadap mayoritas, wanita, dan orang dari strata sosio ekonomi yang lebih
rendah.
Penemuan
ini menunjukan perlunya indetifikasi prinsip untuk melakukan penilitian
terhadap variabel kompotisi yang akan memprediksi unjuk kerja, tetapi tidak
bisa atau faktor ras, jenis kelamin, atau sosio ekonomi yang paling penting
dari prinsip ini adalah sebagai berikut: pertama untuk membandingkan orang yang
sudah jelas berhasil dipekerjakan atau hidupnya orang yang kurang berhasil agar dapat mengidentifikasi
karakteristik yang diasosiasikan dengan kesuksekan. Kedua, mengidentifikasi
pemikiran peran dan perilaku yang mempunyai kaitan erat dengan keberhasilan.
Maksudnya pengekuran kompotensi harus lebih megebarkan individual yang bereaksi
terhadap situasi terbuka daripada memercayai pada pengukuran resumden seperti
laporan diri sendiri tes berbentuk pilihan berganda yang mengharuskan individu
untuk memilih salah satu resum alernatif yang telah terdefinisi dengan terhadap
situasi yang terstruktur dengan bauk.
Tantangan
ini di tujukan untuk menjawab pertanyaan: jika ukuran kecakapan tidak memprediksi
unjuk kerja,jadi apa yang dapat memprediksi kecakapan?
Tanggapan
McClelland adalah pertama,untuk
meminta sampel kriteria yang memasukkan beberapa pengunjuk kerja yang superior
dengan membandingkan mereka itu dengan pengunjuk kerja yang tingkat kompetensinya
rata-rata atau buruk. Kedua, McClelland
dan Dailey mengembangkan teknik wawancara Behavioral
Event Interview (BEI) yang mengombinasikan teknik seleksi sebelimnya dengan
cara baru dan Thematic Apprecciation Test oleh McClelland. Flanagan tertarik dengan
elemen pekerjaan, sedangkan McClelland tertarik dengan karakteristik
orang-orang yang melaksanakan pekerjaan dengan baik. BEI meminta orang untuk
berpikir tentang beberapa situasi yang penting pada saat orang bekerja yang
dapat menyebabkan hal (kinerja) menjadi baik atau buruk, kemudian
mendeskripsikan situasi-situasi tersebut secara detail dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apa yang menyebabkan situasi itu terjadi.
b.
Siapa yang terlibat?
c.
Apa yang anda pikirkan,rasakan,inginkan
terjadi didalam situasi itu?
d.
Apa yang Anda lakukan?
e.
Apa hasilnya?
Ketiga
,McClelland
dan kolege secara tematis menganalisis transkrip BEI dari pejabat informasi
yang sukses maupun yang tidak mau sukses dalam melaksanakan pekerjaan untuk
mengidentifikasi karakteristik yang membedakan dua sampel itu. Umumnya,
perilaku yang paling baik ditunjukan oleh pengunjuk kerja yang memiliki tingkat
kompetensi terbaik (superior) bukan oleh pengunjuk kerja yang rata-rata.
Perbedaan tematis secara khusus diterjemahkan kedalam definisi pemberian skor
objektif yang dapat dikodifikasi oleh yang berbeda.
BIE
kemudian di berikan skor/angka menurut definisi menggunakan CAVE (Content
Analysis of Verbal). Analisis isi (lisan)dilakukan untuk mengukur motivasi.
Pengodean karakteristik yang diperlihatkan oleh pengunjuk kerja dengan tingkat
kompetensi yang rata-rata dan superior di berbagai pekerjaan.
Hahil
penelitian yang terdahulu memperlihatkan bahwa semua jenis kompetensi
non-akademik seperti kemampuan menggeneralisasisejumlah ide, emosi, keterampilan manajerial, kecepatan dalam
pembelajaran jaringa kerja memprediksi unjuk kerja yang suksep pada pekerjaan
dan tidak berbeda di antara calon berdasarkan status ras,jenis ekonimi,atau
sosial ekonomi.
Esensi
pendnsekatan pengukuran kompetensi baru yang radikal itu oleh McClelland
terhadap analisis kerja adalah bahwa pendekatan ini lebih menghargai
orang-orang yang pekerjaan dengan baik dan definisi pekerjaan ini leih di
tinjau dari sudut pandang karakteristik dan perilaku orang-orang ini dari pada
menggunakan pendekatan tradisionalyang menganalisis elemen-elemen pekerjaan, misalnya kebanyakaan
pekerjaan manajerial melibatkan perencanaan dan pengorganisasian. Pertanyaan
yang menarik adalah apa yang membimbimng seorang untuk merencanaan dan
mengorganisasian dengan baik atau dengan efesien. Penelitian kompetensi
mengidintifikasikan bahwa tiga kompetensi dasar berhubungan dengan perencanaan
dan pengorganisasian yang efektif. Motifasi, prestasi dan pemikiran analisis
untuk mengidentifikasi apa yang harus di kerjakan pertama dan apa yang harus
dikerjakan pada waktu pertama supaya tugas berikutnya bisa dikerjakan pada
wakti kedua sehingga proyek dikerjakan pada waktu ketiga.
Penilitian selanjutnya yang mengunakan metode penilitian kompetensi dan
prosedur untuk melakukan studi tentang kompetensi.
4. Definisi kompetensi
Kita
mungkin suda sangat akrap dengan istila “kompetensi” atau kata “kompetensi”.
Apabila pengertia kita sama dengan kebanyakan orang, kompetensi pada umumnya
diartikan sebagai kecakapan, keterampilan, kemampuan. Kata dasarnya sendiri,
yaitu kompeten, tentu saja berarti cakap,mampu, atau tertampil. Pada konteks
menajemen SDM, istilah kopetensi
mengacu kepada atribut/karakteristik seseorang yang membuatnya berhasil daalam
pekerjaan.
Kompetensi
bukanlah sebuah konsep yang baru. Di Amerika Serikat, konsep kompetensi modern
mulai diperkenalkan pada tatun 70 an. Pada masa itu, pennelitian banyak
dilakukan oleh banyak ahli untuk
mengerti mengapa sebagian orang lebih brhasil dalam pekerjaannya di bandingkan
dengan kebanyakan orang.
Pada
tahun 1973 David McClilland, seorang profesor dari Harvard Universiy, (yang
sangat terkenal dengan teori achievement
motive-nya) dalam artikel yang berjudul “testing for competense rather
for inteligence” menyimpulkan sejumlah penilitian yang menunjukan bahwa tes
potensi akademik yang pada saat itu banyak digunakan untuk memprediksi kinerja
ternyata tidak memiliki korekasi yang singnifikan terhadap unjuk kerja
seseorang. Tes-tes semacam itu juga sering kali bias terhadap aspek
budaya,jenid kelamin, dan sosial ekonomi. Pengukuran lain seperti tes
keterampilan dan referensi juga menunukan hasil yang sama.
McClelland
melakukan penelitian yang ekstensif untuk menganalisis apa yang menyebabkan
orang sukses pekerjaannya dengan membandingkan antara kelompok orang-orang
berprestasi sangat baik dalam pekerjaannya, dengan kelompok orang-orang yang
menunjukan prestasi rata-rata. Fokus perhatiannya adalah mengukur karakteristik
dari seseorang yang mempunyaidampak langsung terhadap prestasinya,bukan sekedar
pengukuran umum terhadap kemampuan kongnitif seseorang. Karakteristik itulah
yang ia sebut sebagai “competency”
karna sangat terkait dengan “kompetence” (kedua kata ini di terjemahkan sebagai
“kopetensi” dalam bahasa indonesia).
McClelland
mendefinisikan kompetensi (competency)
sebagai karakteristik yang mendasar yang memiliki seseorang yang berpengaruh
langsung terhadap, atau dapat memprediksi, kinerja yang baik. Dengan kata lain,
kompetensi adalah apa yang para outstanding performer lakukan lebih sering pada
lebih banyak situasi dengan hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan
para average performer.
Menurut
McClelland, kompetensi bisa di analogikan seperti “gunung es” di mana
keterampilandan pengetahuan membentukpuncaknya yang berada di atas air. Bagian
yang ada di bawah permukaan air tidak terlihat dengan mata telanjang, namun
terjadi fondasi dan memiliki pengaruh terhadap bentuk dari bagian yang berada
di atas air. Peran sosial dan citra diri berada pada bagian “sadar” seseorang
sedangkan trait dan motif seseorang berada alam “bawah sadar”-nya . beriktu
adalah penjelasan lebih rinci masing-masing kompetensi:
a.
Keterampilan: keahlian/kecakapan
melakukan sesatu dengan baik. Contoh: kemampuan mengemudi.
b.
Pengetahuan: informasi yang
dimiliki/dikuasai seseorang dalam bidang tertentu. Contoh: mengerti ilmu
menajemen keuangan.
c.
Peran sosial: citra yang di proyeksikan
seseorang kepada orang lain (the outer
self). Contoh: menjadi seorang pengikut atau seorang oposan.
d.
Citra diri: persepsi individu tentang
dirinya (the inner self). Contoh:
melihat/memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin.
e.
Trait:karakteristik yang relatif konstan
pada tingkalaku seseorang. Contoh: seorang pendengar yang baik.
f.
Motif: pemikiran atau niat dasar yang
konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku. Contoh: ingin
selalu di hargai, dorongan untuk menghargai orang lain.
Keterampilan
pada pengetahuan lebih muda untuk dikenali. Dua kompetensi ini juga relatif
lebih mudah di bentuk dan di kembangkan melalui proses belajar dan pelatihan
yang relatif singkat. Sebaliknya, peran sosial, citra diri, dan moti tidak
mudah dan lebih sulit untuk diidentifikasi secaea membutuhkan waktu lebih lama
untukmemperbaiki atau mengembangkannya.
Menurut
McClelland, keterampilan dan pengetahuan memiliki peran penting dalam
keberhasilan seseorang, tetapi empat kompetensi lainya memainkan peran yang
jauh lebih besar. Hal ini sangat terasa pada pekerjaan-pekerjaan yang yang
lebih strategis dan berada pada hierarki lebih atas dalam organisasi.
Faktor yang ada dalam diri seseorang yang membuat ia
dapat sukses
TERIMAH KASIH SANGAT MEMBANTU
BalasHapus