BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bagi para
manajer yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak terjadi dengan
mengorbankan perhatian terhadap hubungan antarmanusia. Para manajer yang
efektif lebih penuh perhatian, mendukung dan membantu para bawahan. Perilaku
mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif meliputi
memperhatikan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak ramah dan perhatian,
berusaha memahami permasalah bawahan, membantu mengembangkan bawahan dan
memajukan karier mereka, selalu memberi informasi kepada bawahan, memperhatikan
apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan memberiak pengakuan atas
kontribusi dan keberhasilan bawahan.
Cara terbaik
untuk menemukan hubungan sebab akibat adalah dengan melakukan eksperimen dimana
perilaku pemipin dimanipulasi dengan melatih para pemipin untuk meggunakan
perilaku tertentu
Banyak dari kategori perilaku yang
ditemukan pada penelitian peristiwa kritis didefenisikan berdasar istilah yang
menghubungkan perilaku tersebut dengan persyaratan spesifik atas pekerjaan dari
jeni pemimpin yang dipelajari. Mendefenisikan kategori perilaku yang tingkat
kekhususan ini memudahkan tujuan, seperti pengembangan alat penilaian kinerja atau
penentuan kebutuhan akan pelatihan, namun sulit ntuk membandingkan kategori
tersebut antar studi terhadap berbagai jenis pemimpin.
1.2
BAB II
PEMBAHASAN
( Perpektif
Tentang Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif )
1.1 PENELITIAN KEPEMIMPINAN DI OHIO
STATE UNIVERSITY
Kuesioner
penelitian tentang kepemimpinan yang efektif di pengaruhi oleh penelitian awal
Ohio State University. Selama tahun 1950-an, tugas awal para peneliti adalah
mengidentifikasikan kategori-kategori perilaku kepemimpinan yang relevan dan mengembangkan
kuesioner yang menjelaskan perilaku ini. Para peneliti telah menyusun daftar
dari sekitar 1.800 contoh perilaku kepemimpinan, kemudian mengurangi daftar
tersebut sehingga 150 hal yang kelihatan menjadi contoh yang baik mengenai
fungsi kepemimpinan yang penting. Kuesioner awal yang terdiri dari hal-hal ini
digunakan dengan sampel personalia militer dan sipil untuk menjelaskan perilaku
para penyelia mereka (Fleihsman, 1953 & Winer, 1957; Hemphil & Coons,
1957)
a.
Kategori perilaku kepemimpinan
Analisis
faktor terhadap respons-respons kuesioner menunjukan bahwa para bawahan
memandang perilaku penyelia mereka terutama berdasarkan dua kategori yang
terdefinisi secara luas, yang satu hubungan dengan tujuan tugas yang lainnya
berhubungan dengan hubungan antar peribadi.
1.
Pertimbangan.
Pemimpin bertindak dalam cara yang bersahabat dan mendukung, memperlihatkan
perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya
meliputi melakukan kebaikan kepada bawahan, meluangkan waktu untuk mendengarkan
permasalahn bawahan, medukung atau berjuang bagi bawahan, berkonsultasi dengan
bawahan mengenai hal penting sebelum
dilaksanakan, bersedia menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan
bawahan sebagai sesamanya.
2.
Struktur memprakarsai (initiating structure). Pemimpin menentukan dan membuat strukutur perannya
sendiri dan peran para bawahan ke arah pencapaian tujuan formal. Contohnya
meliputi, mengkritik pekerjaan yang buruk, menekankan pentingnya memenuhi
tenggat waktu, menugaskan bawahan, mempertahnkan standar kinerja tertentu,
meminta bawahan untuk mengikuti prosedur standar, dan menawarkan pendekatan
pendekatan baru terhadap masalah, dan mengkoordinasikan aktivitas para bawahan
yang berbeda-beda.
b.
Kuesioner deskripsi perilaku
Berdasarkan
hasil studi-studi awal, dua buah kuesioner yang direvisi dan dipersingkat telah
dibuat untuk mengukur pertimbangan dan struktur memperkarsai : Leader Behaviour
Description Quesionnaire (LBDQ) dan Supervisory Behaviour Description (SBD atau SBDQ). Walaupun kedua kuesioner ini sering di
perlakukan sama, isi skala perilaku bagi kedua versi kuesioner tersebut
tidaklah sama (Schriesheim & stogill 1975), kuesioner ketiga, yang disebut
“Leader Openion Quesionnare” (LOQ), oleh beberapa peneliti telah di anggap
sebagai ukuran mengenai perilaku, namun ia lebih cocok untuk dipandang sebagai
ukuran tentang sikap daripada perilaku.
v STUDI-STUDI KEPEMIMPINAN DARI MICHIGAN
Proses
penelitian utama kedua mengenai perialaku kepemimpinan telah dilakukan oleh
para peneliti dari University of Michigan pada waktu yang kira-kira sama dengan
studi kepemimpinan dari Ohio State University. Fokus penelitian Michigan adalah
identifikasi hubungan di antara perilaku pemimpin, proses kelompok, dan ukuran
mengenai kinerja kelompok. Penelitian awal adalah sejumlah studi lapangan
dengan berbagai macam pemimpin, termasuk para manajer bagian dalam sebuah
perusahaan asuransi (Katz, Maccoby dan Morse1950), para penyelia di dalam
sebuah perusahaan pabrikasi yang besar (Katz dan Kahn 1952), dan para penyelia dari
kelompok bagian kereta api (Katz, Maccoby, Gurin dan Floor 1951), informasi
tentang perilaku manajerialdi kumpulkan dengan cara wawancara dan kuesioner.
Ukuran ojektif mengenai produktifitaskelompok di gunakan untuk menggolongkan
para menejer sebagai relatif efektif atau tidak efktif. Perbandingan anatara
para manajer, yang efektif dan tidak efktif telah mengungkapkan beberapa
perbedaan yang menarik dalam perilaku manajerial, yang diringkaskan oleh Likert
(1961-1967).
a.
Perilaku kepemimpinan efektif
Penelitian
menemukan bahwa tiga jenis perilaku kepemimpinan dapat dibedakan antara para
manajer yang efektif dan manajer tidak efektif. Setiap jenis perilaku
dijelaskan secara singkat.
1.
Perilaku yang berorientasi tugas. Para manajer yang efektif tidak mengguanakan waktu
dan usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti para bawahannya.
Sebaliknya para manajer yang lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi
yang berorientasi pada tugas seperti merencanakan dan menagatur pekerjaan,
mengkoordinasikan kegiatan para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan
dan bantuan teknis yang dibutuhkan.
2.
Perilaku yang berorientasi hubungan. Bagi para manajer yang efektif, perilaku yang
berorientasi tugas tidak terjadi dengan mengorbankan perhatian terhadap
hubungan antarmanusia. Para manajer yang efektif lebih penuh perhatian,
mendukung dan membantu para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan
kepemimpinan yang efektif meliputi memperhatikan kepercayaan dan rasa percaya,
bertindak ramah dan perhatian, berusaha memahami permasalah bawahan, membantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberi informasi
kepada bawahan, memperhatikan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan
memberiak pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan.
3.
Kepemimpinan partisipatif. Para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak
supervisi kelompok daripada mengendalikan setiap bawahan sendiri-sendiri.
Pertemuan kelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan,
memperbaiki komunikasi, mendorong kerja sama, dan memudahkan pemecahan konflik.
Peran manajer dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus memandu diskusi
dan membuatnya mendukung konstruktif, dan berorientasi pada pemecahan masalah.
b.
Kepemimpinan rekan sejawat
Bower
dan Seashore (1966) memperluas penelitian tentang perilaku kepemimpinan dengan
berpendapat bahwa kebanyakan fungsi kepemimpinan dapat dilakukan oleh orang
lain selain pemimpin kelompok yang telah ditunjuk. Menurut Bowers dan Seashore
(1966 hal 249) terdapat pikiran sehat dan juga alasan teoritis untuk meyakini
bahwa seorang pemimpin yang diakui secara ormal melalui perialaku kepemimpinan
penyelianya tersebut menentukan pola kepemimpinan bersama yang diberikan oleh
masing-masing bawahan.
Bowers dan
Seashore adalah peneliti pertama yang menyusun kuesioner untuk mejelaskan
kepemimpinan rekan sejawat dan juga perilaku kepemimpinan oleh manajer. Survey
organization (Taylor dan Bowers 1972) yang telah digunakan secara luas dalam
organisasi oleh para peneliti di University of Michigan, mempunyai skala yang
mengukur dua perilaku yang berorientasi pada tugas (penekanan dan sasaran
pemberian fasilitas kerja).
v KETERBATASAN DARI PENELITIAN SURVEI
Penelitian
yang menggunakan kuesioner sejauh inimenggunakan metode umum yang digunakan
untuk mempelajari hubungan antara perilaku kepemmpinan yang bersifat
mendasarinya (misalnya, ciri-ciri kepemimpinan, sikap) atau hasil dari perilaku
ini (misalnya, kepuasan dan kinerja bawahan). Namun, sering sulit diterjemahkan
makna dari hasil studi survei ini. Dua sumber kesalahan meliputi keterbatasana
kuesioner dan permasalahan dalam menentukan hubungan sebab akibat (causality).
a.
Bias dalam Kuesioner Deskripsi Perilaku
Kuesioner
deskripsi perilaku rentan terhadap beberapa jenis bias dan kesalaan (Luthans
dan Lockwood,1984; Schriesheim dan Kerr 1977; Uleman, 1991). Sebuah sumber
kesalah adalah penggunaan hah-hal ambigu (samar-samar).yang dapat diterjemahkan
dalam beberapa cara berbeda oleh beberapa responden berbeda. Kebanyakan
kuesioner kepemimpinan memiliki format respon tetap yang meminta responden
memikirkan kembali selama periode beberapa bulan atau tahun dan menunjukan
beberapa sering atau berapa banyak seorang pemimpin menggunakan perilaku yang
dijelaskan dalam item tertentu.
Sumber
kesalah lain item-item kuesioner adalah bias respons. Misalnya beberapa
responden menjawab setiap item dengan cara hampir sama meskipun terdapat
perbedaan nyata dalam perilaku pemimpin
itu, karena responden menyukai (atau tidak menyukai) pemimpin tersebut
(Schriesheim, Kinicki dan Schriesheim, 1979).
b.
Menerjemahkan hubungan sebab akibat dalam studi
survei
Sebagian
besar penelitian mengenai dampak perilaku kepemimpinan telah mengukur perilaku
dengan kuesioner yang diisi oleh para bawahan, dan nilai-nilai perilaku yang
dihasilkan telah dokorelasikan dengan ukuran kriteria yang diperoleh pada titik
waktu yang sama.
v
PENELITIAN
PERILAKU TUGAS DAN HUBUNGAN MELALUI EKSPERIMEN
Cara
terbaik untuk menemukan hubungan sebab akibat adalah dengan melakukan eksperimen
dimana perilaku pemipin dimanipulasi dengan melatih para pemipin untuk
meggunakan perilaku tertentu. Beberapa eksperimen telah dilakukan dalam suasana
laboratorium kepada para mahasiswa universitas (Day, 1971; Day dan Hamblin, 1964;
Farris dan Lim, 1969; Herold, 1977; Lowin dan Craig, 1968; Misumi dan
Shirakashi, 1966; Sims dan Manz 1984).penelitian ini memperlihatkan bahwa
hubungan sebab akibat beroperasi dalam dua arah, mdengan perilaku kehasil, dan
sebaliknya.
Keterbatasan
dan kebanyakan eksperimen laboratorium mengenai kepemimpinan adalah bahwa
eksperimen itu sangant tidak realistis, sehingga sulit menggeneralisasi
hasilnya kepara karyawan dalam organisasi sebenarnya. Dalam usaha untuk menanggulangi keterbatasan
tersebut, dua buah studi telah dilakukan dengan memperkerjakan para mahasiswa
untuk sementara waktu, bekerja paruh waktu, untuk seorang penyelia yang
sebenarnya adalah salah satu peneliti.
Eksperimen lapangan sulit dilakukan pada organisasi
yang sebenarnya dan hanya sedikit dari eksperimen itu digunakan untuk meneliti
dampak dari perilaku kepemimpinan. Dalam eksperimen lapangan ini, perialku
telah dimanupulasi dengan program latihan. Dalam studi selama 18 bulan terhadap
para manajer sebuah pabrik saja, para manajer yang menerima pelatihan
menghsilkan pertimbangan lebih yang banyak dan memerima peringkat kerja
yanglebih tinggi dibanding para Manajer pada kelompok
kendali (hand & slocum, 1972). Hasilnya tidak pasti untuk perilaku yang
berorientasi pada tugas. Pada studi mengenai para penyelia sebuah rumah sakit,
pelatihan meningkatkan perilaku pertimbangan dan menghasilkan kepuasan dan
kehadiran lebih tinggi, diukur dua bulan setelah pelatihan (wexley &
Nemeroff, 1975). Dalam studi terhadap para penyelia lini pertama, pelatihan
meningkatkan penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi pada hubungan
(misalnya, mendengarkan secara aktif, memberi pujian), dan terdapat peningkatan
signifikan atas peringkat kinerja yang dibuat satu tahun setelah pelatihan oleh
atasan dari masing-masing penyelia (latham & Saari, 1979). Pada studi
terhadap penyelia, pelatihan hubungan antar manusia menghasilkan lebih banyak
penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi pada hubungan (misalnya
mendengarkan secara aktif, memberi pujian, konsultasi) dan peningkatan
signifikan sebanyak 17 persen atas produktivitas kerja (produksi per jam)
terjadi pada enam bulan setelah pelatihan diselesaikan (Porras &Anderson,
1981). Akhirnya, pada studi terhadap para penyelia produksi di sebuah parik
mebel, produktivitas meningkata (untuk enam bulan hingga 2 tahun setelah
pelatuhan) pada tiga dari empat departemen di mana para penyelianya dilatih
untuk menggunakan lebih banyak pujian kepada para bawahannya (Wikoff, Anderson
& Crowell, 1983).
Ringkasnya, penelitian eksperimental
dalam laboraturium dan suasana lapangan menemukan bahwa peningkatan perilaku
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan biasanya menghasilkan kepuasan dan
produktivitas yang lebih tinggi pada para bawahan. Perilaku yang berorientasi
pada tugas tidak dimanipulasi pada banyak studi eksperimental, dan jika
dimanupulasi hasilnya campur aduk dan tidak bisa disimpulkan.
2.2
PENELITIAN
PERILAKU MENGGUNAKAN PERISTIWA KRITIS
Dalam kebanyakan studi
tentang peristiwa kritis, peristiwa tersebut dikelompokan bersama atas dasar
isi perilaku yang sama, oleh para peneliti atau oleh panel atasa responden.
Kategori perilaku yang dihasilkan berbeda besar dari satu studi dengan studi
lainya. Pembeda terseut sebagian disebabkan oleh keragaman pemimpin yang telah
dipelajari, termasuk misalnya penyelia produksi (Gellerman, 1976; Heizer,
1972), para menejer toko kelontong (Anderson &Nilson, 1964) serta para
menejer departemen pada toko-toko enceran (Campell, Dunette, Arvey &
Hellervik, 1973), dan para penyelia karyawan perkayuan (Latham & Wexley,
1977)perbedaan kategori perilaku juga disebabkan oleh sifat proses klaifikasi
yang sembarang (arbitrary) dan subyektif. Meski demikian, penilaian yang
mendalam atas hasil-hassil studi itu memperlihatkan bahwa adanya tinggkat
kesamaan diantara studi terseut. Jenis perilaku pemimpin berikut ini ada dalam
seagian besar studi :
1. Merencanakan,
mengkoordinasikan operasi
2. Mengawasi
bawahan (mengarahkan, memberi instrukssi, memantau kinerja)
3. Menetapkan
dan mempertahankan hubungan yang baik dengan para bawahan
4. Menetapkan
dan mempertahankan hubungan yang baik dengan para atasan, rekan sejawat, dan
pihak luar.
5. Menerima
tanggung jawab untuk mengawasi kebijakan organisatoriss, melaksanakan tugas
yang sibutuhkan, dan membuat keputusan yang diperlukan.
v Keterbatasan
Penelitian Peristiwa Kritis
Metode
peristiwa kritis mempunyai sejumlah keterbatasan. Metode ini mengasumsikan
bahwa sebagian esar responden mengetahui perilaku apa yang penting dan relevean
agi efektifitas pemimpin, dan mengasumsikan bahwa perilaku tertentu itu penting
jika sering muncul pada peristiwa yang dilaporkan oleh banyak orang. Namun para
responden terseut dapat bias persepsi mereka tentang apa yang efektif, dan para
responden dapat cenderung mengingat dan melaporkan peristiwa yang konsisten
dengan stereotipe mereka atau dengan teori implisit tentang pemimpin yang
efektif. Para peneliti jarang sekali melakukan tindakan lanjut atas studi
peristiwa kritis dengan penelitian tambahan untuk memverifikasi bahwa perilaku
terseebut mampu menbedakan antara para pemimpin yang efektif dan tidak efektif
yang yang dipilih berdasarka kriteria yang bebas, misalnya kinerja kelomppok.
Pendekatan tindak lanjut tersebut telah digunakan dengan sukses pada sebuah
studi yang dilakukan oleh Latham dan Wexley (1977) terhadap penyelia dari para
pekerja dalam usaha perkayuan.
Banyak dari kategori
perilaku yang ditemukan pada penelitian peristiwa kritis didefenisikan berdasar
istilah yang menghubungkan perilaku tersebut dengan persyaratan spesifik atas
pekerjaan dari jeni pemimpin yang dipelajari. Mendefenisikan kategori perilaku
yang tingkat kekhususan ini memudahkan tujuan, seperti pengembangan alat
penilaian kinerja atau penentuan kebutuhan akan pelatihan, namun sulit ntuk
membandingkan kategori tersebut antar studi terhadap berbagai jenis pemimpin.
Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan kodifikasi peristiwa
tersebut dalam kategori perilaku yang ditentukan lebih dulu yang dapat diunkan
secara luas, seperti yang telah dilakukan oleh Yukl dan Fleet (1982).
Penggunaan kategori perilaku yang spesifik dan ssituasional dan yang lebih
generik memmungkinkan untuk digunakan pada penelitian peristiwa kritis untuk
mencapai beragam tujuan.
v PENELITIAN
TERHADAP PEMIMPIN YANG HIGH-HIGH
Dalam
sebagian besar studi atas perilaku kepemimpinan, para peneliti telah
menggunakan ukuran dan analisis yang mengasumsikan model aditif. Para peneliti
ayng dilakukan di negara-negara barat, hasil model aditif tidak bisa
disimpulkan. Perilaku tugas dan hubungan cenderung terkorelasi secra positif
dengan kinerja bawahan, tetapi kolrelasi itu biasanya lemah (Fisher &
Edwards, 1988). Hanya sedeikit studi yang benar-benar telah menguji interaksi
antara perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang terorientasi pada orang,
dan hasilnya tidak konsisten (misalnya, Evans, 1970; Fleishmen & Harris,
1962; Larson, Hunt & Osborn, 1976). Dalam survei dan studi quasi
ekserimental telah memberikan dukunag
yang lebih konsisten (Misumi, 1985), tetapi model multi plikatif tidak
diuji.
Sebagian rangkuman,
penelitian survei hanya memberikan dukungan terbatas bagi usulan universal
bahwa para pemimpin tinggi-tinggi adalah lebih efektif. Sebaliknya, penelitian
deskriptif dari peristiwa kritis dan wawancara sangat menyarankan agar para
pemimpin yang efektif itu memandu dan memudahkan pekerjaan untuk mencapai
tujuan tugas sambil memelihara hubungan koopreatif dan kerja tim.
v EVALUASI
DARI PENELITIAN MENGENAI MODEL
Penelitian
survei atas konsekuensin dari perilaku pemimpin tidak memberikan ujian yang
memadai mengenai model tinggi-tinggi. Beberapa studi telah secara langsung
menyelidiki apakah kedua jenis perilaku pemimpin itu berinteraksi dalam cara
yang saling memudahkan. Bahkan jika sebagian besar studi telah menyimpulkan
analisis demikian, terdapat beberapa keraguan bahwa kuesioner yang digunakan
dalam kebanyakan studdi menjadi dasra yang memadai untuk mengevaluasi teori
itu. Studi survei tidak mempertimbangakan kemungkinan bahwa para pemimpin yang
efektif menggunakan sebentuk perilaku yang berorientasi tuagas maupun hubungan
(Blake & Mouton, 1982;Sashkin & Fulmer,1988; Yukl, 1989). menurut Blake
& mouton, pemimpin efektif bukanlah seseorang yang secara simultan
memperlihatkan dua jenis perilaku yang berbeda, atau seseorang yang
berganti-ganti perilaku, tetapi lebih sebagai seseorang yang memilih bentuk
perilaku tertentu yang secara simultan mencerminkan perhatian baik terhadap
tugas maupun orang.
Sebuah
contoh akan membantu memperjelas perbedaan ini. Pemimpin yang tinggi-tinggi
(high-high) mendorong para bawahan untuk menetapkan sasaran yang menantang
tetapi realistis mengenai kualitas produk yang luarbiasa bagusnya dan
berkonsultasi dengan mereka tentang cara-cara untuk meningkatkan kualitas.
Pemimpin yang tinggi tugas dan rendah hubungan menetapkan sasaran kualitas yang
sulit dan menekan para bawahan utuk meningkatkan kualitas. Pemimpin yang rendah
tugass dan tinggi hubungan mengabaikan masalah kualitas tetapi perhatian
terhadap bawahan dan berkonsultasi dengan mereka tentang cara-cara membuat
lingkungan kerja menjadi lebih menyenangkan. Pemimpin yang renda-rendah
mengabaikan masalh kualitas dan tidak acuh terhadap kebutuhan dan pilihan para
bawahan.
Interdependensi biasa menjadi amat
kompleks dan tidak selalu mungkin untuk sebelumnya mengintegrasikan perhatian
terhadap tugas dan orang. Pilihan yang sulit harus di lakukan jika serangkaian
tindakan memilimiki konsekuensi positif dan negatif. Sebagai contoh, terkadang
tindak mungkin mencapai tujuan tugas kecuali orang diminta untuk membeuat
pengorbanan, meninggalkan tunjangan pribadi, da memderita kesulitan berat yang
tidak akan mereka sukai. Lebih kagi, kebanyakan jenis perilaku memiliki hasil
yang makin berkurang, dan tingkat optimalnya cara merupakan jumlah maksimum dari
setiap perilaku. Sebagai contoh, biasanya menguntungkan bagi pemimpin bila
memperjelas persyaratan peran para bawahan, tetapi pengarahan (“mikromanaging”)
yang berlebihan menyebabkan penolakan, menghalangi inisiatif, dan merendahkan
motivasi intrinssik. Biasanya menguntungkan bagi pemimpin jika memberikan
dukungan dan dorongan kepada para bawahan, tetapi sejumlah besar perilaku
mendukung (“menjadi terlalu melindungi”) yang berlebihan mendorong
ketergantungan, membatasi perkembangan, dan pada akhirnya dapat menyebabkan
penolakan. Model tersebut dan sebagian besar penelitian mengenai hal tersebut
tidak mengakui kebutuhan untuk menyeimbangkan nilai-nilai yang saling bersaing
dan tidak menemukan setingkat perilaku yang optimal.
v REKONSILASI
PENDEKATAN UNIVERSAL dan SITUASIONAL
Cara perilaku
pemimpin dikonseptualisasikan dan diukur juga mempunyai implikasi terhadap
kontroversi mengenai model universal situasional tentang efektifitas
kepemimpinan. Model universal mendalilkan bahwa atribut kepemimpinan tertentu
adalah optimal dalam semua situasi, sedangkan model situasional menyebutkan
atribut berbeda berlaku dalam situasi berbeda. Saat Blake n Mouton (1982)
menekankan pada aspek kualitatif yang membedakan perilaku tinggi-tinggi dari
kombinasi lainnya, mereka dengan jelas mengakui perlunya para pemimpin memilih
bentuk perilaku yang spesifik yang cocok bagi waktu atau situasi tertentu. Para
manajer yang efektif mempunyai perhatian tinggi baik terhadap tugas maupun
orang, namun cara perhatian tersebut diterjemahkan menjadi perilaku berfariasi
menurut situasi dan dari satu bawahawn dengan bawahan lainnya. Jadi, sebuah
teori kep[emimpinan mungkin saja memiliki kedua aspek universal dan
situasioanal. Bentuk universal dari teori mereka adalah orientasi nilai yang
digunakan oleh manajer yang tinggi-tingi untuk memilih perilaku yang cocok,
bukan pola tertentu dari perilaku tinggi-tinggi yang diterapkan secara otomatis
pada semua situasi. Aspek situasional dari teori mereka adalah pemikiran bahwa
perilaku tersebut harus relevan dengan situasi agar dapat menjadi efektif.
Namun Blake & Mouton sebenarnya tidak pernah mengembanngkan usulan yang
spesifik mengenai perilaku yang cocok bagi situasi yang berbeda.
Dengan
memikirkan sifat pekerjaan manajerial (liahat bab 2), menjadi jelas bahwa
esensi dari pekerjaan demikian adalah sekelompok proses yang saling terjalin
(yakni, mempengaruhi, menangani informasi, membangun jaringan kerja, dan
mengambil keputusasn ) biasanya yang menyangkut baik masalah tugas maupun
hubungan. Dimensi tugas dan hubungan dari perilaku secara konseptual dapat
berbeda, namun pada prakteknya tiap peristiwa perilaku mempunyai implikasi baik
terhadap tugas maupun terhadap hubungan. Para manajer telah dibebani tuntutan
yang berlebihan dan harus membagi waktunya dan memilih perilaku yang relevan.
Karena itu, para manajer yang efektif akan memiliki perilaku dapat
menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah secara brsama-sama.
2.3
TASKONOMI PERILAKU KEPEMIMPINAN
Sebuah
masalah besar dalam penelitian mengenai kandungan dari perilaku kepemimpinan
adalah identifikasi kategori perilaku yang relevan dan berarti bagi semua
pemimpin. Dalam penelitian atas aktivitas manajerial dalm bab 2, kita melihat
bahwa setiap studi menghasilkan sekempulan kategori perilaku yang agak berbeda yang
menyulitkan untuk membandingkan dan mengintegrasikan hail lintas studi. Kondisi
yang sama juga terjadi pada penelitian deskriptif yang ditinjau dalam bab ini.
Konsekuensinya empat dekade terakhir ini telah menyaksikan timbulnya berbagai
konsep perilaku yang membingungkan menyangkut para manajer dan pemimpin (lihat
Bass,1990; Fleishman et al.,1991). Terkadang digunakan istilah berbeda untuk
menunjukan ke jenis perillaku yang sama. Pada saat lainnya, istilah yang sama
tersebut telah didefenisikan secara berbeda oleh eragai ahli teori. Apa yang
diperlakukan sebagai kategori perilaku yang umum oleh seorang ahli teori,
dipandang sebagai dua atau tiga kategori berbeda oleh ahli teori lainnya.
Taksonomi yang berbeda telah timbuldari disiplin penelitian yang berbeda, dan
sulit sekali untuk menerjemahkan sejumlah koinsep ke konssep lainnya.
v SUMBER
KERAGAMAN ANTAR TAKSOMI
Terdapat beberapa alas
an atas keragaman taksomi yang dikembangkan untuk menjelaskan perilaku
kepimimpinan (Fleishman et,al.,1991;Yukl,1989). Kategori perilaku adalah
atribut abstraksi bukannya atribut berwujud dari dunia nyata. Kategori perilaku
di peroleh dari perilaku yang dapat diamati agar dapat mengorganisasikan
persepsi mengenai dunia dan membuatnya menjadi berarti,namun kategori tersebut
tidak ada dalam arti obyektif.Tidak terdapat sejumlah kategori,perilaku yang
“benar”.Jadi,taksomi yang di rancang untuk mempermudah penelitian dan teori
tentang efektivitas manajerial mempunyai focus yang agak berbedah dari taksomi
yang di rancang untuk menjelaskan pengamatan atas aktifitas manajerial,atau
taksomi yang di rancang untuk mengkatalogkan tanggung jawab posisi dari para
menejer dan para administrator.
Sumber
ketiga dari keragamanantar taksomi perilaku adalah metode yang di gunakan untuk
mengembangkannya.Beberapa taksomi dikembangkan dengan meneliti pola covariance
antar butir (item) perilaku pada kuesioner deskripsi perilaku yang menjelaskan
manajer-manajer actual (metode analisis factor), beberapa taksomi dikembangkan
dengan menilai contoh-contoh perilaku kelompok berdasarkankesamaan yang di
rasakan mengenai isi atau tujuan (klasifikasi penilaian judgmental),dan
beberapa taksomi dikembangkan melalui deduksindari teori (pendekatan
teoritis-deduktif).Masing-masing metode mempunyai bias tersendiri,dan
penggunaan berbagai metode menghasilkan taksomi yang agak berbeda,bahkan jika
tujuannya sama.
v Keterbatasan
Dari Taksomi Berbasis Faktor
Analisis factor terhadap
kuesioner survey telah digunakan untuk mengembangkan sebagian besar taksomi
perilaku.Ini merupakan perangkat statistic yang berguna,tetapi memiliki
beberapa keterbatasan serius yang membantu menjelaskan kurangnya konsistensi
bahkan diantara taksomi-taksomi yang dikembangkan dengan metode yang sama untuk
tujuan bersama.Terdapat jenis prosedur analisis factor yang berbeda,dan
hasilnya terpengaruh oleh piliihan subyektif antar prosedur.Hasilnya juga
terpengruh oleh kandungan darikumpulan butir (item),jumlah ambigiutas dalam
butir perilaku,pilihan format dan respon yang digunakan dalam
kuesioner,besaransampel dan identitas responden, pengalaman dan kerumitan
kognitif responden,maksud penggunaan dan kerahasiaan data,dan harapan awal para
peneliti.
Hasil analisis factor
atas kuesioner yang menggambarkan
perilaku juga terpengaruh oleh pengalaman dan kerumitan kognitif
responden.Cukup sulit untuk memberikan peringkat perilaku kepimimpinan bahkan
pada kondisi yang terbaik.Orang yang memiliki pengalaman yang terbatas dan
teori implicit yang amat sederhana tentang kepimimpinan efektif tidaklah
mungkin memperhatikan dan mengingat aspek halus dari perilaku pemimpin yang
terjadi beberapa bulan atau tahun sebelumnya.Orang yang telah memahami taksomi
yang rumit akan akan lebih mungkin memberikan peringkat yang lebih akurat
berdasarkan taksomi itu.Namun,penelitian validasi atas kuesioner kepimimpinan
jarang dilakukan terhadap respon yang memahami kategori perilaku yang
mendasari.
v Mengintergrasikan
Kerangka Kerja Untuk Menggolongkan Perilaku
Beberapa penelitian
terbaru dinyatakan bahwa taksomi tiga dimensi memberikan cara yang paling hemat
dan paling berguna untuk mengelompokkan perilaku spesifik ke dalam kategori
umum (Ekall & Arvonen,1991;Yukl,199a).Taksomi itu merupakan perluasan dari
pendekatan dua factor yang mendominasi sebagian
besar teori dan penelitian awal mengenai perilaku kepimimpinan yang
efektif.Namun seperti dalam jaringan manejerial
dari Blake & Mouton,model yang mendasari menekankan hubungan antara
perilaku dan perhatian pemimipin,bukan hanya kandungan perilaku tersebut
Pehatian terhadap efisiensi tugsa,hubungan
manusia,dan perubahan adaptif dikanseptualisasikan sebagai tiga dimensi
idependen bukannya tiga kategori perilaku spesifik yang saling meniadakan. Perilaku
kepimimpinan spesifik akan melibatkan campuran dari tiga perhatian atau tujuan
berikut:
1.
Berorientasi
Tugas. Jenis perilaku ini terutama memperhatikan
penyesaian tugas,mengguneeakan personil dan sumber daya secara efisien,dan
menyelenggarakan operasi yang teratur dan dapat diandalkan.
2.
Berorientasi
Hubungan.Jenis perilaku ini terutama memperhatikan perbaikan
hubungan dan membantu orang,meningkatkan kooperasi dan kerja tim, meningkatkan
kepuasan kerja bawahan,dan membangun identifikasi dengan organisasi.
3.
Berorientasi
Perubahan.Jenis perilaku ini terutama meperhatikan perbaikan
keputusan strtegis;beradaptasi terhadap perubahan lingkungan;meningkatkan
fleksibilitas dan inovasi;membuat perubahan besar di bidang proses,produk atau
jasa;dan mendapatkan komitmen terhadap perubahan.
Ketiga jenis perilaku itu berinteraksi untuk
bersama-sama menentukan kinerja unit kerja.Para pemimpim yang efektif
menentukan mana perilaku yang berorientasi tugas,hubungan dan perubahan yang
spesifik yang tepat dan sama-sama dapat dibandingkan untuk situasi tertentu.
v Perilaku
Tugas Yang Spesifik
Bagian ini menjelaskan tiga jenis spesifik yang berorientasi tugas yang sangat relevan
bagi kepimimpinan yang efektif.Perilaku itu meliputi:
(1)merencanakan,(2)menjelaskan dan ,(3) memantau Perilaku itu jelaskan dan
penelitian mengenai setiap jenis perilaku itu ditinjau secara singkat.
Ø Merencanakan
Aktifitas Kerja
Merencanakan berarti memutuskan apa
yang harus dilakukan,bagaimana melakukannya,siapa yang akan melakukannya,dan
kapan hal itu akan di lakukan. Tujuan perencanaan adalah memastikan
pengorganisasian yang yang efektif atas unit kerja,koordinasi aktifitas,dan
penggunaan sumber daya.Merencanakan adalah perilaku yang didefinisikan dengan
luas yang meliputi membuat keputusan tentang tujuan,prioritas,strategi,organisasi
kerja,pemberian tanggung jawab,pembuatan jadwal aktifitas,dan alokasi sumber
daya di antara aktifitas berbeda menurut kepentingan relative aktifitas
tersebut.Nama-nama khusus terkadang di gunakan untuk subvariasi merencanakan.Sebagai
contoh ,”perencanaan operasional”adalah pembuatan jadwal pekerjaan rutin dan
penentuan pemberian tugas untuk hari atau minggu berikutnya.”perencanaan
tindakan”adalah penyusunan langkah tindakan rinci dan jadwal untuk menerapkan
kebijakan baru atau menjalankan proyek (lihat panduan dalam table
3-5).”perencanaan kontijensi”adalah penyusunan prosedur untuk menghindari atau
menghadapi potensi permasalahan atau bencana. Akhirnya,merencanakan juga
meliputi bagaimana mengalokasikan waktu untuk tanggung jawab dan sejumlah
aktifitas berbeda”(manajemen waktu”).
Ø Melakukan
Klarifikasi Peran dan Tujuan
Melakukan
klarifikasi merupakan pengkomunikasian rencana , kebijakan dan harapan peran.
Sub-kategori utama dalam melakukan klarfikasi meliputi:
1. Mendifinisikan
tanggung jawab dan persyaratan pekerjaan,
2. Menetapkan
sasaran kinerja, dan
3. Memberikan
tugas-tugas khusus.
Pedoman bagi setiap
jenis pengklarifikasikan dalam tabel 3-6. Tujuan perilaku pengklarifikasian ini
adalahuntuk memandu dan mengkoordinasi akrtivitas kerja dan memastikan agar
orang-orang mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaiman melakukannya.
Sangatlah penting agar setiap bawahan memahami kewajiban, fungsi, dan aktivitas apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan
dan hasil seperti apakah yang diharapkan. Bahkan seorang bawahan yang kompeten
dan termotifasi bisa gagal untuk mmencapai tingkat konerja yang tinggi jika
merasa bingung akan tanggung jawab dan prioritasnya. Kebingungan tersebut
merupakan akibat dari usaha yang salah arah dan melalaikan usaha yang penting
yang justru melakukan hal lain yang kurang atau tidak terlalu penting. Makin
rumit dan makin rumit dan makin banyak seginya pekerjaan, maka makin sulit
untuk menemukan apa yang harus dilakukan.
Ø Pemantauan
Operasi
Pemantauan
melibatkan pengumpulan informasi tentang operasi unit organisatoris manajer
tersebut, temasuk kemajuan kerja, kinerja setiap bawahan, kualitas produk atau
jasa, dan kenerhasilan proyak atau program. Perilaku memantau dapat
bermacam-macam bentuknya, termasuk pengamatan operasi kerja, memeriksa kualitas
sampel pekerjaan, dan mengadakan pertemuan tinjauan kemajuan dengan seseorang
atau kelompok.
TABEL 3-7 Pedoman untuk Memantau Operasi
- Mengidentifikasi dan mengukur indikator kenerja penting.
- Memantau variabel proses kunci dan juga hasilnya.
- Mengukur kemajuan untuk dibandingkan dengan rencana dna anggaran.
- Mengembangkan sumber informasi indipenden tentang kinerja.
- Mengawasi operasi secara langsung jika mungkin.
- Menanyakan pekerjaan khusus tentang pekerjaan.
- Mendorong pelaporan permasalahan dan kesalahan.
- Mengadakan pertemuan tinjauan kemajuan periodik.
2.4
PERILAKU HUBUNGHAN KHUSUS
Bagian
bab ini menjelaskan tiga jenis khusus perilaku yang berorientasi hubungan yang
sangat relevan bagi kepemimpinan efektif. Perilaku itu meliputi:
1.
Memberikan
Dukungan
Memberikan dukungan
meliputi beragam luas perilaku yang memperlihatkan pertimbangna, penerimaan,
dan perhatian akan kebutuan dan perasaan orang-orang lain. Memberi dukungan
merupakan komponen inti dari pertimbangan, seperti yang didefenisikan oleh
Fleishman (1953) dan Stogdill (1974), dan ini juga merupakan komponen inti dari
kepemimpinan supertif, sepeti yang didefinisikan oleh Bowers dan Seashor (1966)
dan Hause dan Mitchell (1974).
ü TABEL
3-8 Panduan Memberi Dukungan
- Perlihatkan penerimaan dan pandangan yang positif.
- Berkelakuanlah sopan penuh perhatia, tidak arogan dan kasar.
- Pelakukan setiap bawahan sebagai manusia atau individu.
- Memperlakukan bawahan sebagai individu.
- Bersabarlah dan selalu beri bantuan ketika memberi instruksi atau penjelasan.
- Berikan simpati dan beri dukungan ketika bawahan gelisa atau kesal.
- Perlihatkan rasa percaya diri kepada seseorang ketika menghadapi tugas yang sulit.
- Berikan bimbingan pekerjaan ketika dibutuhkan.
- Selalu bersedialah membantu memecahkan persoalan pribadi bawahan.
2.
Mengembangkan
Mengembangkan meliputi
beberapa praktek manjerial yang digunakan untuk meningkatkan ketrampilan
seseorang dan memudahkan penyesuaian pekerjaan dan kemajuan karier. Perilaku
konsumen melakukan pelatihan (coaching), memberikan nasehat (mentoring), dan
konseling karier.
ü TABEL
3-9 Pedoman untuk Pelatiha atau coaching
- Bantulah orang menganalisa kinerjanya dengan memberikan pertanyaan atau menyarankan aspek-aspek untuk mengujinya lebih teliti.
- Berikan umpan balik konstruktif tentang perilaku efektif dan tidak efektif yang diperlihatkan oleh orang tersebut.
- Sarankan hal-hal tertentu yang dapat membantu meningkatkan kinerja orang tersebut.
- Perlihatkan cara yang lebih baik untukmelakukan tugas atau prosedur yang rumit.
- Nyatakan kepercayaan bahwa orang tersebut dapat mempelajari tugas atau prosedur yang sulit.
- Perlihatkan kepada orang tersebut tentang cara memecahkan masalah bukan hanya memberikan jawabanny.
- Berikan kesempatan untuk mempraktikan prosedur yang sulit sebelum prosedur itu gunakan dalam pekerjaan.
ü TABEL
3-10 Pedoman untuk Memberikan Nasihat Mentoring
- Perlihatkan perhatia atas perkembangan setiap orang.
- Bantulah orang itu mengidentifikasi kekurangan keterampilan.
- Bantulah orang itu untuk menemukan cara-cara untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan.
- Doronglah kehadiran pada kursus pelatihan yang relevan.
- Berikan kesempatan untuk mengembangkan keteampilan dalam pekerjaan.
- Berikan saran karier yang membantu.
- Promosikan reputasi orang tersebut.
- Jadilah model anutan.
- tanggung jawab yang lebih besar dalam organisasi saat terjadi lowongan pekerjaan.
3.
Memberikanpengakuan
Memberikan
pengakuan melibatkan memberikan pujian dan memperlihatkan apresiasi kepada
orang lain atas kinerja yang efektif. Keberhasilan yang signifikan, kontribusi
yang penting bagi organisasi. Walaupun paling umum memberikan pengakuan sebagai
sesuatu yang diberikan oleh manajer kepada bawahan, praktik manajerial ini juga
digunakan terhadap rekan sejawat, atasan dan orang-orang diluar unit kerja.
Tujuan utama pengakuan, khususnya saat digunakan kepada bawahan adalah untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan dan komitmen kepada tugas.
ü 3
Bentukutamapengakuan
v Pujian
Pujian terdiri
dari komentar lisan,ekspresi,atau bahasa tubuh yang mengakui keberhasilan dan
konstribusi seseorang. Ini merupakan bentuk pengakuan yang paling mudah
digunakan. Kebanyakan pujian diberikan secara pribadi, tetapi dapat digunakan
dalam acara ritual atau upacara public.
v Penghargaan
Penghargaan
meliputi hal-hal seperti sertifikat keberhasilan,surat penghargaan, plakat,
tropi, medali, atau pita penghargaan. Memberikan penghargaan formal merupakan
tindakan simbolis yang menyampaikan nilaidan prioritas manajer kepada
orang-orang dalam organisasi. Jadi adalah agar penghargaan didasarkan pada
kriteria bukannya sifat pilih kasih atau penilaian sembarangan. Penghargaan
yang sangat terlihatmemungkinkan orang lain untukikutsertadalam proses
mengharga isi menerima dan memperlihatkan apresiasi bagi konstribusinya organisasi.
v Upacara Pengakuan
Upacara
pengakuan memastikan bahwa keberhasilan seseorang diakui bukan hanya oleh
manajer tetapi anggota organisasi itu. Upacara pengakuan dapat digunakan untuk
merayakan keberhasilan unit kerja atau tim serta keberhasilan seseorang . kebiasaan atau upacara khusus untuk
menghormati karyawan atau tim tertentu dapat memiliki nilai simbois yang kuat
saat dihadiri oleh manajemen puncak, karena merekam emperlihatkan perhatian
mereka atas apek perilaku atau kinerja
yang diberikan pengakuan.
Selama
50 tahun terakhir, penelitian mengenai hubungan antara perilaku dan efektivitas
kepemimpianan telahdidominasi oleh perspektif tingkat mikro da focus atas
proses dyadic. Penelitian awal sebagian
besar mengabaikan cara para pemimpin mempengaruhi orang dengan menarik
nilai-nilai ideology, membantu menerjemahkan makna peristiwa, dan memudahkan
adaptasi dan perubahan lingkungan yang bergolak. Aspek-aspek kepemimpinan
tersebut saa ini ditekankan pada teori kepemimpinan transformasional, karismatik,
danberorientasi pada perubahan.
Taksonomi perilaku
merupakan bantuan deskriptif yang dapat membantu kita menganalisis peristiwa
rumit dan memberikan pengertian yang lebih baik mengenai hal tersebut. Namun
,sangat penting untuk diingat bahwa semua taksonomi perilaku adalah sembarangan
(arbitary), dan tidak mempunyai keabsahan dalam arti kata absolut. Sayangnya,
telah terlalu banyak keasyikan dalam mendapatkan dan menggunakan kategori
perilaku yang “benar” dalam banyak studi lapanagan mengenai perilaku manajerial,
hanya sedikit perilaku yang “benar” yang diukur, yang mengakibatkan banyaknya
peluang yang dilewatkan untuk mengumpulkan informasi yang kaya dan bersifat deskriptif mengenai
pola umum perilaku kepemimpinan. Baik pada penelitian koesioner maupun observasi
,sangatlah penting untuk bertindak fleksibel terhadap konsepsi perilaku yang
digunakan untuk menganalisis pola-pola perilaku kepemimpinan, bukannya
mengansumsikan bahwa kita telah mengetahui lebih dulu konsep siapa yang paling
berguna.
Berapa taksonomi telah
diuasulkan untuk menjelaskan jenis perilaku yang khusus.Perbedaan anta
taksonomi dapat dijelaskan sebagi sebuah hasil dari perbedaan dalam
tujuan.,tingkat abstraksi, dan metode pengembangan. Namun, perbedaan dalam
label kategori cenderung untuk mengaburkan sejumlah pemusatan pandangan dalam
kandungan prilaku.
Perencanaan ,melakukan
penjelasan dan pengawasan merupakan perilaku penting yang berorientasi tugas
yang secara bersama-sama mempengaruhi kinerja bawahan. Perencanaan melibatkan
membuat keputusan tentang tujuan, prioritas, strategi, alokasi sumber daya,
pemberian tanggung jaawab, pembuatan jadwal aktivitas, dan alokasi waktu
manajer itu sendiri. Membuat penjelasan meliputi memberikan tugas, menjelaskan
tanggung jawab pekerjaan, menjelaskan peraturan dan prosedur, mengkomunikasikan
prioritas, menetapkan sasaran kinerja khusus dan tenggat waku, dan memberikan
instruksi tentang bagaimana melakukan sebuah pekerjaan. Pengawasan melibatkan
mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi operasi dari unit
kerja dan kinerja dari masing-masing bawahan.
Memberikan
dukungan, mengembangkan dan memberikan pengakuan merupakan perilaku penting
yang berorientasi pada hubungan. Memberikan dukungan meliputiki saran luas
prilaku dimana seorang manaje rmemperlihatkan pertimbangan, penerimaan, dan
perhatian kepada kebutuhan dan persaan seseorang.seorang manajer yang perhatian
dan bersahabat terhadap orang-orang mungkin memenangkan persahabatan dan
kesetiaan mereka. Mengembangkan meliputi perilaku yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan memudahkan
penyesuaian pekerjaan dan kemajuan karir seseorang. Contohnya meliputi
pelatihan, pemberian nasihat, dan konseling karir. Memberikan pengakuan
melibatkan memberikan pujian dan memperlihatkan apresiasi terhadap orang lain
atas kinerja yang efektif, keberhasilan yang signifikan, dan konstribusi
penting kepada orgnisasi. Memberikan pengakuan membantu untuk menguatkan
perilaku yang diinginkan, meningkatkan hubungan antar pribadi, dan menigkatkan
kepuasaan kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Memberikan
dukungan, mengembangkan dan memberikan pengakuan merupakan perilaku penting
yang berorientasi pada hubungan. Memberikan dukungan meliputih saran luas
prilaku dimana seorang manajer rmemperlihatkan pertimbangan, penerimaan, dan
perhatian kepada kebutuhan dan perasaan seseorang. seorang manajer yang
perhatian dan bersahabat terhadap orang-orang mungkin memenangkan persahabatan
dan kesetiaan mereka. Mengembangkan meliputi perilaku yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan memudahkan
penyesuaian pekerjaan dan kemajuan karir seseorang.
makasih min artikel nya membantu sekali :)
BalasHapusSITUS KAMI: WWW . GARNETQQ . COM
BalasHapusBONUS SETIAP HARI :0.5% TO SETIAP HARI JAM 12 PEMBAGIAN BONUS NYA+referall 20% setiap udang teman bermain tambah 20%+++
-CARA MASUK WEB
KE WWW . SMSQQ . COM LALU MASUK DALAM PERMAIN
ATAU
LINK ALTERNATIVE ; garnetqq.com
silahkan di coba bosq :)
-CARA DAFTAR NEW MEMBER;
Nama :
No Telp :
Nama Bank :
Nama Rekening :
Nomor Rekening :
Email :
User Name :
Password :
-CONTOH DAFTAR
NAMA :SANTI WINATA
NO TLEPON : +85577773548
NAMA BANK : SANTI WINATA
NAMA REKENING: SANTI WINATA
NO REKENING : 123 456 777 912
EMAIL :SANTI WINATA888@GMAIL.COM
USER NAME :SANTI WINATA45
PASSWORD :12314aaaa
-CARA DAFTAR CONTOH ;
NAMA; ASLINYA
NO TLP YG ASLI
NAMA BANK BLM DAFTAR PERMAINAN KITA;
NAMA REKENING YG BENAR DI BUKU BANK YG BELUM DAFTAR PERMAINAN KAMI
NOMOR REKENING YG BELUM DAFTAR PERMAINAN KAMI
EMAIL LENGKAP DAN YG BELUM PERNAH DI DAFTARKAN PERMAINAN KAMI
USER NAME YG BENAR DAFTAR WARNA HIJAU
PASWORD HARUS BENAR
CHAND PASWORD PASWORD HARUS SAMA
-CONTOH KESALAHAN MEMBER SUSAH DAFTAR ;
1.SEASON EXPAYER=DAFTAR HARUS CEPAT
2. KODE VALIDASI=KODE SALAH NOMOR ULANG KEMBALI , KETIKNYA RESET KEMBALI
MASUK KODENYA
3. REKENING SUDAH TERDAFTAR=CARA DAFTAR REKING YG BELUM DAFTAR PERMAIN
SITUS KAMI
-CARA DEPO/STOR DANA ;
MASUK WWW . SMSQQ . COM PERMAINAN LALU LIAT BAGIAN ATAS KIRI NAMANYA
STOR DANA
LALU KLIK AJA NOMINAL BOS MAU KALAU BISA NO MINAL UNIK YAH BOSKU
CONTOHNYA : 50123 ISI FORM NYA 50123 JUGA YAH BOSKU BIAR BANK ERROR BIAR
CEPET DI PROSES YAH BOSKU PAKE NOMINAL UNIK SEPERTI ITU YAH BOSKU^^
KALAU BANK ADA GANGGUAN MINTA BUKTI TRASFER BIAR CEPAT DI PROSES DEPO
MASUK YA BOSKU^^
-CARA WD /TARIK DANA ;
MASUK WWW . SMSQQ . COM PERMAINAN LALU LIAT BAGIAN ATAS KANAN NAMANYA
TARIK DANA
LALU KLIK AJA NOMINAL BOS MAU DI TARIK CONTOHNYA : DANA YANG DI TARIK
JADWAL BANK OFF LINE;
MANDIRI ; SENIN -JUMAT ; 22.45-04.00 WIB
SABTU ;23.00-06.00 WIB
MINGGU ;23.00-05.00 WIB
DANAMON; SENIN-MINGGU TIDAK ADA OFFLINE
BRI ; SENIN- MINGGU 22.20-04.30 WIB
BNI ; SENIN- MINGGU TIDAK ADA OFFLINE
BCA ; SENIN-JUMAT ; 21.00-01.00 WIB
SABTU ; 22.00-23.15 WIB
- CARA REFERAL ;
silahkan bosq login terlebih dahulu di akun nya bosq yha ..
setelah itu bosq bisa klik menu Referensi yang ada di dalam akun nya bosq yah ..
Lalu jika sudah di Klik akan muncul Kode Refferal Anda ( Silahkan bosq isi sesuai dan
seunik mungkin untuk nama refferal nya yha bosq )
permainan
~Sakong Online (New Game)
~Bandar Poker
~BandarQ
~Poker
~Domino
~Capsa Online
~AduQ
-bacarat